Sudah seharusnya mengandalkan Tuhan. Jangan mengandalkan kekuatan sendiri ataupun sesama manusia.
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, … daunnya tetap hijau, …
Tetapi kadang rasa iri itu masih ada. Melihat yang lain tidak dekat dengan Tuhan, bahkan mungkin tidak mengenal-Nya, tapi bisa (terlihat) hijau. Sukses dalam hidup mereka.
Sementara diri sendiri membantingi tulang dan memerah keringat, rasanya masih tidak cukup dan penderitaan tiada akhir.
Tapi penutupnya sungguh menyegarkan dan melegakan:
God will ultimately make all things right. Trusting that He will turn our pain to gain and use suffering to mature us empowers us to become fruit-bearers in a dry and thirsty land.
Ya, ajar untuk percaya, Tuhan!