Pernahkah kita niteni, saat bangun pagi hari, apakah kita bangun dulu lalu sadar atau sadar dulu baru bangun ?
Memangnya beda?
Apa bedanya?
Coba kita tarik mundur sejenak. Kalau ditanya, malam sebelumnya kita tidur jam berapa? Apakah kita bisa menjawabnya?
Misal kita jawab jam 12.
Kok tahu? Kalau kita masih bisa tahu itu jam 12, berarti kita belum tidur 😀
Masuk ke kamarnya mungkin jam 12. Mapan di tempat tidurnya mungkin yang jam 12. Tapi setelah itu, kapan persisnya kita terlelap, kita tidak pernah tahu.
Kenapa? Karena kita masuk ke alam ketidaksadaran.
Pernah mungkin kita alami ketika bangun tidur, tiba-tiba di luar rumah sudah basah kuyup. Ternyata semalam ada hujan deras. Tapi kita tidak tahu. Kenapa? Ya, karena kita baru tidak sadar ketika sedang tidur.
Atau pagi-pagi ketika bangun kita mendapati ada tetangga yang kemalingan semalam. Kita tidak dengar sewaktu peristiwa itu terjadi. Karena kita berada di alam ketidaksadaran sewaktu kita tidur.
Jadi kalau kita bisa bangun di pagi hari, pastilah bukan karena kekuatan kita sendiri. Tetapi itu adalah berkat Tuhan yang harus kita syukuri. Berkat paling pertama yang kita terima sepanjang hari.
Berarti kalau bangun dulu baru sadar itu begini. Kita bangun dulu, mungkin sambil mengolet, kemudian kita lihat jam, dan oh, baru sadar sekarang masih jam 4 pagi.
Tapi kalau sadar dulu baru bangun, berarti sambil kita tetap dalam keadaan tidur (tidak sadar) kita sudah tahu bahwa sekarang jam 4 pagi, dan begitu bangun kita lihat jam, dan… lha, tenan to? 🙄
Jadi bapak, ibu, saudara dan saudari, nanti malam kita tidur, ya. Dan besok pagi kita …
Bangun?
Yakin?
***
Keterangan:
-
Seperti disampaikan oleh Pdt. Iman Santoso dalam Kebaktian Umum dengan Liturgi Khusus pada Minggu, 27 Oktober 2013 di GKI Ngupasan, Yogyakarta.